Kamis, 05 April 2018

CAIRAN IMMISCIBLE


Ilmu kimia merupakan ilmu yan mempelajari perpindahan suatu zat baik perpindahan secara kimiawi maupun secara fisikanya. Untuk mepelajari perpindahan zat, kita dapat melakukannya dengan menerapkan pendekaatan termodinamika dan pendekatan kinetika. Perpindahan zat secara umumnya berbentuk suatu larutan atau larutan lain yang merupakan tempat untuk berlangsungya perpindahan materi tersebut.

Larutan mempunyai karakteristik yang bisa sama atau bahkan berbeda dengan karakter zat saat belum dihomogenkan. Contohnya, NaCl yang merupakan materi padatan ionik yang apabila diencerkan dengan menggunakan pelarut air maka, akan mempunyai sifat yang sama dengan NaCl sebelum diencerkan. Namun, apabila HCl yang termasuk golongan senyawa kovalen yang polar diencerkan dengan air, maka proses tersebut akan mengubah HCl yang awalnya adalah senyawa kovalen polar menjadi senyawa bersifat ionik. Maka, saat mempelajari larutan tidak hanya mempelajari jalannya larutan menjadi encer terjadi, namun juga untuk mempelajari lebih terperinci tentang sifat-sifat yang diakibatkan dalam pembentukan maupun larutannya sendiri.

Larutan adalah campuran homogen yang berasal dari dua materi atau lebih. Larutan terdiri atas solute (zat pelarut) dengan solvent (yang yang terarut). Zat yeng memiliki jumlah lebih banyak adalah solute sedangkan yang memiliki jumlah lebih kecil merupakan solvent. Namun, hal ini tidaklah bersifat mutlak. Zat dapat memiliki jumlah solute yang lebih sedikit dibanding solventnya, hal tersebut berdasarkan kegunakan dari pelarut itu sendiri. Campuran yang dapat saling larut disebut larutan miscible. Contohnya adalah udara. Namun, apabila campuran tersebut tidak dapat bercampur membentuk dua fasa dinamakan cairan immiscible.  Contohnya, minyak dan air.

Cairan immiscible tidak dapat bercampur, maka kita dapat mengibaratkan “campuran” tersebut terpisah dengan setiap penyusunnya yang terdapat pada bejana yang terpisah. Apabila tekanan uap dari kedua zat penyusun murni adalah pA dan pB, maka tekanan uap keseluruhan adalah p = pA + pB dan campuran akan mendidih apabila p = 1 atm. Terdapatya  kedua material penyusun menandakan “campuran” akan mendidih secara sendiri-sendiri, oleh karena proses mendidih dimulai apabila tekanan keseluruhan bernilai 1 atm, tidak apabila tekanan uap dari kedua dari kedua materi bernilai 1 atm. Hal tersebut menandakan dasar destilasi uap, yang memungkinkan beberapa dari persenyawaan organik yang impulsif dengan panas yang terdapat pada destilasi dengan suhu yang lebih kecil daripada titik didih yang standar. Terdapat satu-satunya penghalang yang merupakan kondensat yang sebanding dengan tekanan uap yang di destilasi dalam jumlah yang sedikit.

Dua solvent yang tidak dapat bercampur, seperti air dan kloroform, pada saat dicampurkan maka akan menghasilkan dua fasa yang berbeda. Apabila ditambahkan solvent didalamnya yang dapat bercamput diantara dua zat tersebut, seperti iodin yang larut dalam kloroform. Maka, solute akan terdistribusi dalam kedua tersebut, sampai terjadi titik keseimbangan. Bahasan yang dibahas diatas meliputi larutan nyata yang mana beberapa bagian besar bersifat kuantitatif, maka, perhitungan yang dapat dilakukan untuk larutan ideal.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid I. Jakarta: Erlangga

Barrow, Gordon M. 1996. Physical Chemistry, Third Edition. New York: McGraw-Hill Publishing Company

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia

Daniel dan Albertty R. A. 1983. Kimia Fisika Jilid 1 dan 2. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta. Erlangga

 -SITI ZULAIKAH/ 16630066/ KIMIA-B –