Kamis, 05 April 2018

Lokasi Batas Fasa Padat - Gas

LOKASI BATAS FASA PADAT - GAS

Proses kesetimbangan kimia atau termodinamika dapat dilihat pada perubahan energi Gibbsnya. Namun untuk zat murni fungsi Gibbs molar sistem sama dengan potensial kimia, jadi dalam perubahannya terjadi secara spontan juga ditandai dengan arah dari perubahan ke entropi total yang lebih tinggi. Dalam kimia, ada tiga jenis fasa, yakni fasa cair, fasa padat, dan fasa gas. Pada diagram fasa terdapat batas-batasnya. Pertama, batas fasa antara fasa padat dengan fasa cair; kedua, batas fasa antara fasa cair dengan fasa gas; ketiga, batas fasa antara fasa padat dengan fasa gas. Dalam diagram fasa, ketiga fasa tersebut berpotongan atau mencapai pada titik keseimbangan yang disebut dengan triple point. Batas fasa memperlihatkan nilai p dan T dimana dua fasa berada dalam kesetimbangan. Sama seperti hukum II Termodinamika, yakni pada kesetimbangan potensial ki ia suatu zat adalah sama pada semua titik, tanpa peduli berapapun fasa yang terdapat dalam titik tersebut.


Untuk lokasi batas fasa antara fasa padat dan gas, perlu di ketahui terlebih dahulu arti dari lokasi batas fasa, yakni jika fasa α dan fasa β ada dalam kesetimbangan, maka pada batas fasa keduanya adalah sama. Sehingga µα (p,T) = µβ (p,T). apabila, dimisalkan terjadi perubahan kondisi dari p1T1 ke p2T2, maka Δµα = Δµβ.


(Lokasi batas fasa padat – gas bergaris coklat)



Lokasi batas fasa antara padat-gas berbeda dengan batas fasa lainnya. Ada penggantian entalpi penguapan (batas fasa cair-uap) dengan entalpi sublimasi ΔHsub. Berdasarkan persaman Clausius – Clapeyron, tekanan (pressure) pada uap sublimasi memiliki ketergantungan pada Temperatur atau suhu.

d ln p ÷ dT = ΔHsub  ÷ RT2

p = p*e-c dengan  C = ΔHsub  ÷ R × (1/T – 1/T*)

disebabkan entalpi pada sublimasinya memiliki nilai lebih besar daripada entalpi penguapan (batas fasa cair-uap), maka pada persamaan tersebut diatas akan menjelaskan bahwa terdapat kemiringan kurva sublimasi (lokasi batas fasa padat-uap) yang lebih tajam dari kurva penguapan, dimana pada dekat kedua kurva itu bertemu.

Karena suhu atau temperatur dan tekanan atau pressure konstan selama perubahan fasa, maka derivat tekanan terhadap suhu bukan merupakan fungsi dari sebuah volume terntentu.
Untuk persaman Clausius – Clapeyron, tekanan jenuh dan suhu jenuh itu saling berhubungan pada perubahan fasa, tanpa membutuhkan data volume.


DAFTAR PUSTAKA :
Atkins, P. W. 1933. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 

Nama : Makhro Fitri Maulani
NIM : 16630050
Kelas : Kimia – B