Jumat, 08 Desember 2017

Penentuan ΔH Berdasarkan Hukum Hess

Entalpi secara keseluruhan adalah jumlah reaksi entalpi dan reaksi – reaksi individual yang merupakan bagian dari suatu reaksi. pernyataan diatas merupakan bunyi hukum hess menurut (atkins,1990). Dasar dari hukum termodinamika ini adalah ΔH tidak bergantung dari jalan yg ditempuh akan tetapi bergantung pada hasil reaksinya. Walaupun ada alat untuk mengukur kalor reaksi, yang berlangsung terlalu cepat atau lambat yang sulit untuk diukur. Di samping itu, ada reaksi yang tidak terjadi tapi kita ingin mengetahui kalor reaksinya. Masalah ini dapat kita tentukan dengan hukum Hess yang telah dinyatakan diatas (Syukri,1999).   

Perubahan dari suatu reaksi kadang kala tidak dapat ditentukan secara langsung dengan alat seperti calorimeter , tetapi dapat ditentukan dengan berbagai tahap reaksi. Jadi, jika suatu reaksi berlangsung secara dua tahap atau lebih, maka kalor reaksi total yang dihasilkan sama dengan jumlah kalor dari tahap reaksi yang berlangsung. Dalam hukum hess, entalpi adalah fungsi keadaan, dimana perubahan entalpi yang terjadi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah langkah yang digunakan agar memperoleh produk tersebut berbeda. Berdasarkan hukum hess ΔH dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu :
a)    ΔH reaksi itu dapat dihitung dengan menjumlahkan perubahan entalpi dari beberapa reaksi yang  saling berhubungan satu sama lain.
b)    ΔH reaksi dapat ditentukan dengan mencari selisih dari ΔHf antara produk dengan reaktan,dan
c)    ΔH reaksi dapat juga dihitung dengan berdasarkan data dari energi ikatan nya.

Dalam hukum hess dapat dinyatakan  dengan menggunakan diagram yang mana diagram tersebut disebut diagram siklus Hess. Seperti yang dijelaskan dalam buku (ruminten, 2009) bahwa Hukum Hess dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut :

Perubahan A menjadi C dapat berlangsung 2 tahap.
 

Tahap I (secara Iangsung)
 
Tahap II (secara tidak langsung)

 
Berdasarkan Hukum Hess maka harga ΔH1 = ΔH2 + ΔH3 (ruminten, 2009)

Menurut (premono, 2009) Tidak semua reaksi kimia berlangsung dalam satu tahap, contohnya reaksi pembuatan belerang (baik melalui proses kontak maupun kamar timbal)
dan reaksi pembuatan besi dari biji besi. Namun, menurut Hess (1840) berapa pun tahap reaksinya, jika bahan awal dan hasil akhirnya sama, akan memberikan perubahan entalpi yang sama. Perhatikan contoh berikut :

•    Reaksi langsung:
S(s) + 3/2 O2(g) SO3(g) H = - 395,72 kJ
•    Reaksi tak langsung, 2 tahap:
S(s) + O2(g) SO2(g) H = -296,81 kJ
SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g) H = - 98,96 kJ
•    Bila dijumlahkan:
S(s) + 3/2 O2(g) SO3(g) H = -395,72 kJ
 
Persamaan reaksi tersebut dapat dinyatakan dalam diagram tingkat energi atau diagram siklus, seperti pada gambar  (premono, 2009) :
 
Diagram diatas dapat juga digambarkan  sebagai berikut  :
 
Konsep dari Hukum Hess ini juga dapat diperluas penggunaan nya seperti dapat digunakan untuk menentukan fungsi keadaan dari entropi dan energi bebas dari suatu reaksi. Pengaplikasian hukum hess untuk menentukan  fungsi keadaan dari perubahan entropi dapat dihitung dari besarnya kalor yang masuk atau keluar . menurut (syukri,1999 ) system yang teratur menjadi tidak teratur lebih mudah dibandingkan mengubah yang tidak teratur menjadi lebih tidak teratur lagi.Oleh sebab itu perubahan entropi dalam proses reversible sama dengan irreversible walaupun kalaor yang diserap itu tidaklah sama. Maka dari itu hukum hess ini dapat berlaku juga dalam menentukan fungsi keadaan dari entropi karena besaran besaran dalam entropi sulit atau tidak bisa dihitung secara langsung.   

Daftar pustaka :
Atkins, P. W., 1999, Kimia Fisika, (diterjemahkan oleh : Kartahadiprojo Irma I), edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.
Ruminten. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Ruminten. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Syukri.1999. Kimia Dasar Jilid 2.Bandung: UI Press.

By : Bagas Febrianto 16630053