DIAGRAM TEMPERATUR KOMPOSISI DAN DISTILASI CAMPURAN
Destilasi
dapat dilaksanakan dengan teknik mengurangi tekanan pada temperatur konstan.
Namun, pada umumnya dilaksanakan dengan mendongkrak temperatur pada tekanan
konstan. Cara ini mestilah memakai diagram dimana komposisi fasa-fasa
yang setimbang pada masing-masing temperatur pada tekanan tertentu ditunjukkan
di batas-batas diagram. Diagram ini biasa dinamakan sebagai diagram temperatur
komposisi.
Pertimbangkan apa yang terjadi saat cairan komposisi a1 dalam Gambar 1.1 dipanaskan. Larutan mendidih saat suhu menjangkau T2. Lalu, cairan itu memiliki komposisi a2 (sama dengan a1) dan uap (yang hanya muncul sebagai jejak) memiliki komposisi a′2. Uap lebih kaya di komponen yang lebih mudah menguap (komponen dengan titik didih lebih rendah). Dari posisi a2, kita dapat menyatakan komposisi vapour pada titik didih, dan dari tempat garis ikat yang menghubungkan a2 dan a′2 kita dapat membaca suhu mendidih (T2) dari campuran cairan asli.
Uap ditarik dan dikondensasikan dalam distilasi sederhana,. Teknik ini digunakan untuk memisahkan cairan volatile dari zat terlarut atau padat non-volatile. Dalam distilasi fraksional, siklus kondensasi dan pendidihan diulang berturut-turut. Teknik ini digunakan untuk memisahkan cairan yang mudah menguap. Saat kondensat pertama dari komposisi a3 dipanaskan kembali akan terjadi perubahan yang dapat kita amati. Campuran ini mendidih pada T3 dan menghasilkan uap komposisi a′3 yang sangat banyak bahkan melebihi komponen yang volatile yang diperlihatkan pada diagram fase. Uap ditarik keluar, dan tetes pertama mengembun menjadi cairan komposisi a4. Siklus tersebut kemudian dapat diulang hingga pada waktunya A diperoleh dalam uap hampir murni dan sisa B murni dalam cairan.
Efisiensi kolom fraksionasi dinyatakan dalam jumlah pelat teoritis, jumlah langkah penguapan efektif dan kondensasi yang diperlukan untuk mencapai kondensat komposisi yang diberikan dari distilat yang diberikan. Jadi, untuk mencapai derajat pemisahan yang ditunjukkan pada Gambar a, kolom fraksionasi harus sesuai dengan tiga pelat teoritis. Untuk mencapai pemisahan yang sama untuk sistem yang ditunjukkan pada Gambar. 1.2b, di mana komponen memiliki tekanan parsial yang lebih mirip, kolom fraksionasi harus dirancang untuk sesuai dengan lima pelat teoritis (Atkins, 2010).
Gambar 1.1. Diagram temperatur komposisi
|
Pertimbangkan apa yang terjadi saat cairan komposisi a1 dalam Gambar 1.1 dipanaskan. Larutan mendidih saat suhu menjangkau T2. Lalu, cairan itu memiliki komposisi a2 (sama dengan a1) dan uap (yang hanya muncul sebagai jejak) memiliki komposisi a′2. Uap lebih kaya di komponen yang lebih mudah menguap (komponen dengan titik didih lebih rendah). Dari posisi a2, kita dapat menyatakan komposisi vapour pada titik didih, dan dari tempat garis ikat yang menghubungkan a2 dan a′2 kita dapat membaca suhu mendidih (T2) dari campuran cairan asli.
Uap ditarik dan dikondensasikan dalam distilasi sederhana,. Teknik ini digunakan untuk memisahkan cairan volatile dari zat terlarut atau padat non-volatile. Dalam distilasi fraksional, siklus kondensasi dan pendidihan diulang berturut-turut. Teknik ini digunakan untuk memisahkan cairan yang mudah menguap. Saat kondensat pertama dari komposisi a3 dipanaskan kembali akan terjadi perubahan yang dapat kita amati. Campuran ini mendidih pada T3 dan menghasilkan uap komposisi a′3 yang sangat banyak bahkan melebihi komponen yang volatile yang diperlihatkan pada diagram fase. Uap ditarik keluar, dan tetes pertama mengembun menjadi cairan komposisi a4. Siklus tersebut kemudian dapat diulang hingga pada waktunya A diperoleh dalam uap hampir murni dan sisa B murni dalam cairan.
REFERENSI :
Atkins, P.W. 2010. Physical Chemistry, Ninth Edition. New York : W. H. Freeman and Company
By : Anggie Prabuana Wijaya (16630064)
Atkins, P.W. 2010. Physical Chemistry, Ninth Edition. New York : W. H. Freeman and Company
By : Anggie Prabuana Wijaya (16630064)