Mesin
pendingin adalah sesuatu hal yang tidak asing di penglihatan kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, pendingin tidak hanya digunakan untuk
mendinginkan makanan seperti freezer atau refrigator namun juga untuk
mendinginkan mesin-mesin uap, dan cooling system pada kendaraan bermotor
untuk menjaga suhu atau temperatur mesin agar tetap pada kondisi ideal.
Tentu kita akan bertanya, bagaimanakah mekanisme atau cara kerja dari
mesin pendingin itu hingga mampu untuk membuat rasa dingin di
lingkungannya.
Mesin pendingin merupakan salah satu penerapan ilmu kimia fisika dari hukum termodinamika II yang berbunyi “Entropi suatu sistem yang terisolasi bertambah selama ada perubahan spontan” . Entropi ini dihasilkan dari proses irreversibel dimana terjadinya ketidakteraturan dari energi dari sistem kepada lingkungannya akan semakin maksimal seiring dengan bertambahnya waktu proses ini disebut dengan kenaikan Entropi. Hukum kedua ini hanyalah pernyataa dari Clausius dan Kevin-Plank.
Dari
proses perpindahan energi sebagai kalor dari suatu sistem pendingin
dari suhu atau temperatur yang rendah ke lingkungan yang bertemperatur
tinggi, kemudian jika kalor meninnggalkan sistem, entropi akan
mengalami penurunan dan jika kalor memasuki sistem yang bertemperatur
rendah, entropi akan mengalami kenaikan. Itulah sebabnya perubahan
entropi secara menyeluruh adalah.
Dimana:
∆S = perubahan entropi
|q| = kalor
Tc = temperatur rendah
Th = temperatur tinggi
∆S = perubahan entropi
|q| = kalor
Tc = temperatur rendah
Th = temperatur tinggi
Dari
persamaan diatas diperoleh hasil yang positif (∆S > 0) , itu artinya
kerja dari mesin pendingin bersifat spontan, Hal ini sesuai dengan
prinsip kenaikan entropi dan pernyataan Clausius bahwa
”Tidak
mungkin suatu sistem apapun bekerja sedemikian rupa sehingga hasil
satu-satunya adalah perpindahan energi sebagai panas dari sistem dengan
temperatur tertentu ke sistem yang lebih tinggi tanpa dilakukan kerja
dari luar”.
Material
pendingin yang menguap pada suhu -200oC. Dari proses penguapan yang
berada di evaporator tersebut akan menyebabkan suhu dari lingkungan
seluruhnya akan turun karena sirkulasi udara. Perlu diketahui bahwa
prinsip kerja dari mesin pendingin adalah berkebalikan dengan mesin
kalor. Mesin pendingin memindahkan energi kalor dari lingkungan
bertempatur rendah ke lingkungan bertemperatur tinggi. Setiap melakukan
kerja (W) energi kalor dari suhu rendah dalam pendingin (sistem) akan
dikeluarkan ke ruangan yang bersuhu tinggi (lingkungan).
(Gambar 1: Mesin Pendingin)
Kompresor dari pendingin akan mengirimkan energi kalor dari gas freon yang bertemperatur tinggi di dinding pendingin dimana energi kalor akan dikeluarkan dan diteruskan di kondensor dan mengalami penahanan di pipa kapirer sehingga suhu gas turun dan menjadi liquid atau cairan. Kemudian liquid akan melewati katup bertekanan tinggi hingga tabung bertekanan rendah dan menguap hingga menyerap energi kalor kembali dari evaporator dan membentuk liquid. Selebihnya liquid akan masuk lagi ke dalam kompresor dan memulai siklusnya dari awal.
(Gambar 1: Mesin Pendingin)
Kompresor dari pendingin akan mengirimkan energi kalor dari gas freon yang bertemperatur tinggi di dinding pendingin dimana energi kalor akan dikeluarkan dan diteruskan di kondensor dan mengalami penahanan di pipa kapirer sehingga suhu gas turun dan menjadi liquid atau cairan. Kemudian liquid akan melewati katup bertekanan tinggi hingga tabung bertekanan rendah dan menguap hingga menyerap energi kalor kembali dari evaporator dan membentuk liquid. Selebihnya liquid akan masuk lagi ke dalam kompresor dan memulai siklusnya dari awal.
Dapat
disimpulkan bahwa mekanisme perpindahan panas dari mesin pendingin
merupakan penerapan dari hukum termodinamika II bagian sistem
pendinginan spontan berdasarkan pada perubahan entropi sesuai dengan
pernyataan Clausius dimana terjadi perpimdahan energi dari temperatur
rendah ke temperatur tinggi berkebalikan dengan mesin kalor.
Literatur:
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Sears, Zemansky. 1985. Fisika untuk Universitas. Benacipta
Foster, Bob. 2003. “Fisika Terpadu 2” Jakarta: Erlangga
Foster, Bob. 2003. “Fisika Terpadu 2” Jakarta: Erlangga
By: Ririn Lailatul F 16630067
Literatur:
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Sears, Zemansky. 1985. Fisika untuk Universitas. Benacipta
Foster, Bob. 2003. “Fisika Terpadu 2” Jakarta: Erlangga
Foster, Bob. 2003. “Fisika Terpadu 2” Jakarta: Erlangga
By: Ririn Lailatul F 16630067